Makalah Biologi Tanah Mikroba Sebagai Produsen Zat-Zat Aditif


MAKALAH BIOLOGI TANAH
MIKROBA SEBAGAI PRODUSEN ZAT-ZAT ADITIF
Description: E:\LOGO KAMPUS UNIPRIMA.jpg
OLEH :
KELOMPOK 2
SULFARMAN SAM
ISMAIL
ASRULLAH
WIWI FATMASARI
INDAH PURNAMA S.

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya  sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang mengenai  Mikroba Sebagai Produsen Zat-zat adiktif” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak-pihak yang membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan makalah ini, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman – teman yang telah membantu, khususnya dosen pembimbing kami.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang berguna, untuk menyempurnakan makalah ini dan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.


Sengkang , 28 Maret 2019

Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.     Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Zat Adiktif............................................................................................... 3
B.     Organisme Tanah..................................................................................... 4
C.     Beberapa Fungsi Organisme Tanah.......................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................. 15
B.     Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Zat aditif adalah zat tambahan pada suatu benda, makanan, dan zat tertentu, selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia.
Penggunaan zat aditif tidak boleh sembarang, tetapi hari sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan). Batasan pemakaian zat aditif pada makanan dikeluarkan oleh FAO / WHO. Peraturan mengacu pada jumlah yang aman untuk dikonsumsi per hari yang juga disesuaikan dengan bahan baku yang dikenal dengan istilah ADI (Acceptible Daily Intake).
Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan menghancurkan limbah organik dan mengolah kembali hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan bio control patogen dan membantu penyerapan unsur hara. Miroba-mikroba tanah banyak berperan didalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman N, P, dan K seluruhnya melibatkan aktifitas mikroba.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu apa contoh mikroba yang berperan sebagai produzen zat aditif ?
C.    Tujuan
Untuk mengetahui contoh mikroba yang berperan sebagai produsen zat aditif.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Zat Aditif
Zat aditif adalah zat tambahan pada suatu benda, makanan, dan zat tertentu selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.
Zat Aditif adalah zat tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan bersama dengan suatu target tertentu. Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan terhadap makanan sepanjang proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif didalam makanan berdasarkan pertimbangan supaya kualitas dan kestabilan makanan selalu/tetap terjaga dan untuk menjaga nilai gizi yang bisa saja rusak atau hilang sepanjang proses pengolahan.
Pada mulanya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang setelah itu disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menyebabkan pengaruh atau efek samping yang membahayakan kebugaran manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang semakin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh sebab itu, industri makanan mengolah dan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya berasal dari zat-zat kimia yang sesudah itu direaksikan. Zat aditif sintesis yang terlalu berlebih dapat mengakibatkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
Feed additives adalah setiap bahan yang tidak lazim dikonsumsi ternak sebagai pakan, yang dengan sengaja ditambahkan, memiliki atau tidak memiliki nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk hewan. bahan tersebut meliputi microorganisme, enzim, pengatur keasaman, mineral, vitamin, dan bahan lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara pemakaiannya. Menurut Murwani et. al. (2002).

B.     Organisme Tanah
Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:  organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, organisme yang merugikan tanaman, dan organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang menguntungkan:
1.      Organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter, dll),
2.      Organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat,
3.      Organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing tanah. Salah satu organisme tanah yang umum dijumpai adalah cacing tanah Cacing tanah mempunyai arti penting bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan memper-tahankan struktur tanah agar tetap gembur. Biota tanah lain yang umum dijumpai adalah Arthropoda. Arthropoda merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling menonjol adalah springtail dan kutu. Fauna tanah ini mempunyai kerangka luar yang dihubungkan dengan kaki, sebagian besar mempunyai semacam sistem peredaran darah dan jantung.

Aktivitas biota tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Aktivitas biota tanah dapat diukur dengan mengukur besar respirasi di dalam tanah. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan (Yulipriyanto, 2010)



C.    Beberapa Fungsi Organisme Tanah
1.      Organisme Tanah Memperbaiki Struktur Tanah
Bahan sekresi dari organisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregate yang lebih besar. Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan bersifat seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran memproduksi bahan berupa benang-benang halus yang disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur dapat mengikat partikel-partikel tanah secara kuat sehingga agregate tanah yang besar pun tidak mudah pecah walaupun basah. Agregate tanah yang besar tersebut dapat menyimpan air tanah dalam pori-pori halus di antara partikel-partikel tanah untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air berlebihan, air dapat dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar diantara agregate–agregate tanah yang
besar. Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase.
2.      Mikroba Sebagai Produsen Zat-zat aditif
a.      Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi.
Antibiotik adalah kelompok zat kimia yang dapat dibuat secara sintetik ataupun diturunkan dari organisme hidup, yang memiliki khasiat mematikan (bakteriosid) atau menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Tujuan utama dari pemberian antibiotik pada ransum adalah agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen (bakteri penyebab penyakit), mencegah kerusakan makanan dalam usus oleh bakteri dan mencegah timbulnya racun oleh kerja bakteri (amonia). Efek lebih lanjut dari pemberian antibiotik adalah kondisi kesehatan ternak akan lebih baik, sehingga metabolisme zat gizi pakan akan meningkat. Pengaruh terhadap tingkat produksi yaitu memperbaiki konversi ransum sehingga penggunaan pakan lebih efisien.
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, kemungkinan hadirnya residu dari antibiotik yang akan menjadi racun bagi konsumen, penyebab kedua antibiotik dapat menciptakan mikro-organisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteri-bakteri pathogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostidium perfrinens). Dilaporkan penggunaan antibiotik pada pakan ternak unggas di North Carolina (Amerika Serikat) mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli.
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan antibiotika sebagai tambahan bahan pakan :
a.       Kemampuan antibiotik tersebut untuk mengatasi gangguan bakteri pathogen yang sering menyerang ternak.
b.      Antibiotik memiliki tingkat keamanan yang paling baik, yaitu tingkat ambang dosis yang luas, sedikit diabsorpsi oleh dinding usus dan tidak cepat menimbulkan kekebalan
c.       Tidak mengganggu proses metabolisme zat ransum utama di dalam saluran pencernaan, tetapi justru menguntungkan terhadap proses metabolisme
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
a.        Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
b.        Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
b.      Toksin
Toksin (metabolit toksit,senyawa beracun) yang dihasilkan oleh mikroba, berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan makhluk hidup. Akibat-akibat yang ditimbulkannya tidak saja menyebabkan keracunan dan sakit,tetapi juga dapat menyebabkan kematian.
Toksin yang berasal dari bakteri adalah komponen racun terlarut yang diproduksi oleh bakteri, dan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sel-sel inang dengan cara mengubah metabolisme normal dari sel inang tersebut.
Toksin adalah zat beracun yang diproduksi oleh sel atau organisme hidup, meskipun manusia secara teknis organisme hidup, zat buatan manusia yang diciptakan oleh proses buatan biasanya tidak dianggap racun.
Toksin terbagi menjadi beberapa, yaitu :
a.       Fitotoksin
Banyak parasit tanaman asal tanah dan mikroba hidup bebas yang diketahui mampu manghasilkan atau melepaskan toksin ( senyawa beracun ) dri residu tanaman dalam tanah,yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Senyawa fitoksin yang potensial dihasilkan oleh mikroba hidup bebas meliputi senyawa organik, asam amino, antibiotik gibberlin, nitrit, karbon diksida dan hidrogen sulfida. Asam amino, alkaloid, minyak, koumarin, lakton, fenol, aldehid, asam organik, ammonia, hidroden sianida, minyak mustard, skopotin dapat dilepaskan mikrobia dari bahan organik tanah
Beberapa ciri- ciri fititoksin yaitu :
-          Di dalam tanah umumnya terdapat dalam jumlah yang efektif. Dalam jumlah sangat sedikit senyawa ini sudah cukup menghambat pertumbuhan sehingga sulit terdeteksi atau terekstrak beberapa konsentrasi efektif ini.
-          Fitotoksin biasanya diserap tanaman. Tanaman dapat menyerap molekul- molekul berukuran besar, baik lewat difusi maupun absorpsi aktif.
-          Fitotoksin dapat bertahan lama didalam tanaman atau jika didegradasi akan menjadi senyawa yang lebih beracun yang kemudian dapat menampakan gejala keracunan.
Diagnosis fototoksin masih merupakan bidang kajian yang rumit karena adanya :
-          Kesulitan membedakannya dengan gejala defisiensi hara dan pengaruh kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap tamanaman
-          Subtansi anorganik yang dapat berfungsi sebagai stimulator atau inhibitor bagi aktivitas fitotoksin, misalnya Fe dapat meningkatkan potensi toksin yang dihasilkan Fusaria patogen
Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi fitotoksin oleh mikrobia hidup bebas meliputi :
-          Kondisi tanah yang berat
-          Kandugan bahan organik yang tinggi
-          Aerasi buruk atau tergenang
-          Bersuhu rendah, yang secara terpisah memang menghambat pertumbuhan tanaman
Beberapa efek fitotoksin adalah sebagai berikut:
-          Penyakit frenching yang menyebabkan tembakau membentuk sejumah tunas tambahan dan dedaunan abnormal merupakan akibat toksin produksi Bacillus cereus yang mendorong yang mendorong akumulasi isoleusin dan asam asam amino lain secara berlebihan
-          Peristiwa ini juga terjadi pada penenaman kembali pohon peach dan jeruk, serta kerdilnya tanaman jagung yang ditanam setelah pemeraman jerami sebagai penutup tanah.
-          Akar peach dapat menghasilkan glukosida amigdalin yang nontoksik tetapi aktifitas mikrobia mengubahnya menjadi glukosa, benzaldehid, dan hidrogen sianida yang dapat mengahambat pertumbuhan akar tanaman baru
-          Masalah yang sama juga terjadi pada penanaman kembali jeruk pada tanah semula, yang boleh jadi disebabkan oleh adanya patogen akar dan toksin hasil mikrobia
Beberapa senyawa fototoksin yang telah dikenal meliputi dua hal berikut
-          Likomarasmin dan asam fusarat yang adalah produksi fusarium oxysporum f. Lycopersici merupakan penyebab nekrosis pada daun dan warna coklat pada jaringan pembuluh tomat
-          Hal yang spesifik antara lain trisiklik victoxinin amin sekuder produksi helminthosphorum victoriae yang menyerang daerah basal ( pangkal ) tanaman oat varietas pembawa gen victoria dan sifat rentannya diturunkan dengan rasio Mendell yang sederhana
b.      Alfatoksin
Aflatoksin adalah hasil metabolisme Aspergillus flavus, sedangkan senyawa serupa Aflatoksin diproduksi oleh Aspergillus lain dan Penicium sp. Produksi Aflatoksin secara eksperimental telah dapat dilakukan dengan menginokulasikan A. flavus terhadap kopra, gandum, padi, biji kapas, gandum hitam, kacang tanah, jagung, dan semanggi.
Beberapa laporan menunjukan adanya tanaman tingkat tinggi yang dipengaruhi aflaktosin. Pengaruh ini meliputi:
-          Terhambatnya perkecambahan
-          Terinduksinya defisiensi klorofil
-          Rusaknya mitokondria
-          Terganggunya asam nukleat terutama RNA
-          Terhambatnya berbagai sistem enzim
-          In vitro, senyawa ini menghambat pertumbuhan Rhyzobium dan perbintilan akar pada kecambah semanggi yang ditumbuhkan pada agak miring.
c.       Biopestisida
Telah diketahui sekitar 90 spesies bakteri yang bersifat patogen terhadap hama serangga, yang kini berfungsi dalam pengedalian hama tanaman secara biologis sebagai insektisida mikrobial. Diantara yang paling menonjol adalah bacillius thuringinsis yang pertama kali ditemukan pada tahn 1902 oleh bakteiolog jepang. Bakteri ini membentuk tubuh kristal protein , merupakan endotoksin yang aktif menghambat pertumbuhan dari sekitar 130 spesies serangga dan larva. Sintesis kristal protein dan pembentukan spora dalam tubuh bakteri berlangsung secara simultan. Kedua proses ini dalam banyak hal saling terkait. Mikrobia ini dapat ditumbuhkan pada yang secara alami murah (seperti sekam) dan spora-sporanya dapat dipanen untuk menghasilkan campuran spora dan kristal endotoksin. Inokulen komersial yang berisi bakteri ini telah diproduksi dibanyak negara ( Subba Rao 1994).
Agen bakteri lain yang digunakan dalam pengendalian serangga patogen meliputi B. Popilliae, Coccobacillus acridorum dan Sarratia marcescens. Jamur gan protozoa juga efisien dalam mengendalikan hama serangga pada tanaman seperti Entomophthora spp, beauveria spp.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Zat aditif adalah zat tambahan pada suatu benda, makanan, dan zat tertentu selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.
Mikroba dalam tanah berperan sebagai, antibiotik, toksin, dan biopestisida
B.     Saran
Mikroba tanah merupakan organisme tanah yang memiliki banyak manfaat namun penggunaan pupuk kimia dapat merusak keberadaaan organisme tanah tersebut. Oleh karena itu sebagai mahasiswa haruslah mengetahui dampak penggunaan tersebut yang berdampak pada lingkungan









DAFTAR PUSTAKA
http://endiferrysblog.blogspot.com/2012/02/biopestisida-mikroba.html?m=1
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/08/pemanfaatan-mikroorganisme-dalam-penyuburan-tanah/
http://bama-android.blogspot.com/2009/10/mikrobia-zat-aditif.html
http://sudarnihimbio.blogspot.com/2009/12/mikroba.html
Widodo, F. 2010. Bertani dan Meningkatkan Hasil Produksi di Atas
LahanKritis.http://agrogreentech.blogspot.com/2010/08/bertani-dan
meningkatkan-hasil-produksi.html.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Hadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya: Malang.
Rao N. S., 1986. Current Development in Biological Nitrogen Fixation. Oxford
&IBH Publishing Co, New Delhi.
Vaugan, D. & R.E. Malcolm. 1985. Soil Organic Matter and Biological Activity,
Kluwer Academic.
Reijntjes, C., Bertus Haverkort dan Ann Waters-Bayer. ILEIA Pertanian Masa
Depan. Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Kanisius.

0 Response to "Makalah Biologi Tanah Mikroba Sebagai Produsen Zat-Zat Aditif"

Post a Comment